Langsung ke konten utama

Postingan

About you (Cerpen)

  Pagi itu, aku tengah duduk santai di dapur menemani ibu yang sedang membuat sarapan, sesekali aku membantu jika di suruh. Setelah kopi yang aku buat kini tinggal separuh gelas aku langsung beranjak ke teras depan, menyapu halaman rumah yang di penuhi dedaunan pohon mangga. Aku memang pecandu kopi, apalagi di tengah kegiatan sekolah, aku juga seorang penulis, ibaratnya kopi adalah setengah dari jiwaku. Begitu selesai menyapu ekor mataku melihat sebuah mobil silver masuk ke pekarangan rumah di samping, rumah yang selalu kosong dan hanya di kunjungi ketika lebaran tiba, tapi anehnya lebaran kemaren rumah itu juga tetap kosong. Dia yang aku tunggu ternyata tidak pulang. "Ragil pulang tuh kak," ucapan Ibu membuatku tertegun. Dia pulang? Rasanya tidak mungkin. Tapi beberapa menit setelahnya ucapanku terpatahkan begitu melihat sosoknya keluar dari mobil, menatapku dengan senyuman manis dan melambaikan tangan. Tubuhku kaku tak sanggup membalas lambaian itu, hanya bisa tersenyum...
Postingan terbaru

Inspirasi

Langit tampak semakin gelap, hamparan ribuan bintang menghilang entah kemana, di gantikan gumpalan awan hitam yang bergradasi dengan langit malam. Bau tanah menyengat kala rintikan hujan mulai turun membasahi bumi. Dengan kesal aku menutup laptop, mengalihkan pandangan pada jalanan ibu kota yang lumayan padat. "Bisa-bisanya nih otak enggak bisa buat mikir kata-kata," desisku dengan kesal. Kiranya sudah 3 bulan lebih aku beristirahat dari dunia kepenulisan, dan kini untuk menulis beberapa kalimat saja rasanya sudah sangat sulit. "Santai aja, jangan terlalu di paksain." Ujar Sahrul, seorang pelayan caffe yang sedari tadi menemaniku menulis, juga merupakan sahabatku sejak kecil. "Mata lo santai! Ini naskah buat minggu depan dan belum ada satu paragraf pun yang gue tulis, gila." Aku meneguk cepat coffe yang Sahrul buat. "Makanya tenang, jangan dikit-dikit ngerasa stres. Lo masih inget kan awal-awal nulis gimana, lo masih kesusahan memilih kata, tapi akhir...

Goresan Perasaan (Cerpen)

"ITU SEMUA KESALAHAN KAMU!" "SELALU SAJA BEGITU, AKU YANG DI SALAHKAN."  "KARENA KAMU MEMANG SALAH MAS!"  Aku menutup telinga rapat-rapat di balik tembok kamar dengan pencahayaan redup. Muak mendengarkan pertengkaran mereka yang tiada henti. Luapan emosi mereka selalu meninggalkan goresan-goresan di pergelangan tanganku. Kini aku bingung harus melakukannya di bagian mana, semua sudah penuh, padahal perasaanku belum sepenuhnya tersalurkan.  Diam-diam aku menyelinap keluar lewat jendela, beruntungnya kamarku berada di lantai satu. Angin malam mulai menerpa tubuhku, begitu aku melangkah ke jalanan hawa dingin mulai menusuk kulit, ku rapihkan sweater, menutupi luka-luka yang ada di tangan.  Di setiap langkah yang aku ambil, di setiap rumah-rumah yang aku lewati, orang-orang berlalu lalang bagaikan hantu, bergerak tanpa arah. Tidak ada yang memperhatikanku di tengah keramaian kota yang tak kenal lelah, justru akulah yang memperhatikan mereka.  Menatap sendu sek...

James - Kelinci yang malang

James, seekor kelinci kecil dengan bulu berwarna coklat, sedikit perpaduan warna putih, abu-abu, dan hitam. Selayaknya seekor kelinci ia mempunyai telinga yang panjang, mata yang bulat, dan kumis putih yang memikat.  James hidup sendirian, atau lebih tepatnya itu yang di alaminya sekarang, ia tidak mengetahui dengan pasti apakah ia mempunyai keluarga, saudara, atau teman sekalipun, sebab beberapa waktu yang lalu dirinya terbangun di tengah hutan ini, sendirian, dan tanpa ingatan.  James menatap sekeliling, memeriksa sekali lagi, pohon-pohon tampak menjulang tinggi, dengan dedaunan yang rimbun, di celah-celahnya sinar matahari masuk menyinari tumbuhan-tumbuhan kecil.  Dilihat dari posisi matahari, James mengira waktu saat ini adalah sore hari menjelang malam. Ia memantapkan dirinya, berjalan dengan hati-hati, setiap langkahnya menimbulkan bunyi, akibat dedaunan kering dan ranting pohon yang terinjak.  James berjalan mengikuti naluri, dengan harapan sebelum malam ia bi...

Masa SMA (Cerpen)

Pagi ini ketika memasuki lingkungan sekolah, keadaan sekitar masih sepi. Aku sengaja berangkat pagi-pagi sekali agar tidak berpapasan dengan siswa lain. Dengan senyum tipis aku menyapa pak satpam yang sedang bertugas, kemudian berlalu menuju kelas.  Aku mengeluarkan buku bersampul hitam yang terlihat lusuh, membukanya pada halaman kosong, ku biarkan tanganku menari indah di atasnya, meluapkan isi kepala lewat perantara tinta hitam, mengungkapkan segala sesuatu yang tersimpan di benak.   Tuhan, kenapa dunia seolah begitu kejam kepadaku, dulu aku kira, begitu memasuki masa SMA kehidupanku akan perlahan-lahan berubah, tapi nyatanya sama saja. Bahkan keadaan menjadi lebih buruk melampaui pikiranku saat itu.  Dulu, aku ingat sekali, seseorang pernah berkata kepadaku. Bahwa kehidupan SMA adalah masa-masa paling indah. Tapi kenyatanya ucapan itu hanya angin lalu, bahkan sekadar teman bicara pun aku tidak punya. Aku sendiri juga tidak mengerti, kenapa mereka menjadikanku mus...

Merelakan (Cerpen)

Pukul dua siang di depan gerbang sekolah kawasan Jakarta Selatan. Aku menunggu dia lebih dari satu jam. Beberapa menit berlalu, namun dia tak kunjung keluar. Kedua tanganku mulai pegal karena sedari tadi menumpu buket bunga dan kue ulang tahun. Aku Sengaja datang jauh-jauh dari Bandung ke Jakarta untuk memberi kejutan. Aku meletakkan kue dan juga buket bunga kedalam mobil, memutuskan menghubungi salah satu sahabatnya karena nomornya tidak aktif sejak pagi. "Cha, Lisa masuk sekolah gak?" Tanyaku melalui telepon, menanyakan kabar Lisa-kekasihku melalui sahabatnya, Icha. "Masuk kok, memang kenapa?" "Suruh ke luar sebentar, dong aku di depan gerbang sekolah kalian" ucapku sambil menatap kue dan juga buket bunga di jok belakang. "Bentar," Jawabnya, samar-samar terdengar suara Lisa juga beberapa laki-laki, mungkin teman sekelas mereka. "Gimana?" Tanyaku penasaran, sedikit lega karena mendengar suara Lisa yang tampak baik-baik saja, wal...

Mimpi indah, Arum (Cerpen)

Bau harum yang menenangkan, deretan rak buku yang menjulang tinggi memanjakan mata para pengunjungnya. Beberapa orang terlihat berlalu lalang membawa buku pilihannya, beberapa juga sudah tenggelam dalam bacaannya, satu dua orang terlihat masih mencari buku untuk di baca. Sedangkan beberapa lainnya tengah berdiskusi santai.  Seorang wanita tersenyum puas saat menyaksikan itu semua. Pemandangan yang menyenangkan, batinnya. Setelah agak lama, wanita itu beranjak menuju aula untuk melakukan wawancara mengenai backround perpustakaan. Ruangan sudah tampak rapih dengan beberapa cameraman. Wanita tersebut menarik nafas panjang dan kemudian berjalan anggun ke tempat yang di sediakan.  "Bisa kita mulai sekarang bu?" Tanya host wawancara.  Wanita tersebut mengangguk di sertai dengan senyuman tipis di wajahnya.  "Selamat siang semuanya, hari ini kami bersama dengan ibu Salma, pendiri perpustakaan Cahaya Kota." Ucap sang host acara tersebut. "Selamat siang ibu Salma."...