Langsung ke konten utama

Naskah drama pembullyan - memory

Naskah drama pembullyan - Memory











Sekar, gadis pintar yang selalu menjadi bahan Bully geng-geng nakal di sekolah, sifatnya yang ceria dan baik hati lama-kelamaan berubah menjadi pendiam dan penakut, hal ini terjadi akibat dampak dari pembullyan yang di alaminya. 

Nilainya yang semakin hari semakin menurun, tingkat kecemasan yang tinggi hingga berujung depresi. Suatu ketika ia juga merasa seakan ada yang membisikkan untuk bunuh diri. 

Hari-hari menyeramkan di sekolahnya bermula pada saat ia memasuki kelas XII, di sanalah kisah ini di mulai. 


________________________________________

Nama saya Sekar dari kelas XII Farmasi 2 dan ini kisah masa sekolah saya. (Maju ke depan panggung) 

Suasana pagi tampak begitu menyegarkan, hembusan angin lembut dan pancaran sinar hangat matahari berhasil menghilangkan kabut di sekitar kawasan sekolah. 

Koridor masih tampak sepi, baru satu dua siswa yang berlalu lalang. Masih terlalu pagi untuk adanya kekacauan di sekolah. 

XII Farmasi 2

Sebagian murid kelas farmasi 2 sudah berangkat, banyak dari mereka tengah sibuk menyalin tugas sekolah. 

Tamia : Hari ini ada tugas gak sif?

Sifa : Ada tugas bahasa Indonesia yang kemaren.

Tamia : Coba liat dong aku belum ngerjain (menyengir lebar)

Sifa : (menyodorkan tugasnya ke arah tamia) Eh sekar kok belum berangkat yah? 

Murid-murid tampak memasuki kelas dengan santai

Jessica : Ah gue males banget sekolah gilaa

Aulia : (membenarkan kacamata) Bukan cuma Lo doang, gue juga males kali

Seseorang berlari dan menyenggol bahu Vivi, membuat handphone gadis itu jatuh. 

Vivi : Woii main serobot aja Lo (sambil menarik tas Sekar) 

Sekar : (menunduk takut) eh m-aaf Vi.

Inna : hajar gak nih? 

Asih : Vivi! Ngapain kamu (sambil menunjuk Vivi yang sedang menarik tas Sekar) 

Vivi : ouh gak apa-apa Bu, tadi tas Sekar ada semutnya. (mencari pembelaan ke temannya

Jessica : (mengangguk cepat) iya Bu semut, mana banyak banget lagi. 

Asih : yaudah sekarang kalian masuk kelas sana. 

Kringgggg

Bel berbunyi nyaring tanda jam pelajaran akan segera di mulai. Tak lama seorang guru masuk ke dalam kelas dengan menenteng beberapa buku paket. 

Asih : Assalamu'alaikum

Serempak : wa'alaikum salam Bu 

Asih : baik hari ini mapelnya bahasa Indonesia, apakah ada tugas? (Sambil membuka buku paket) 

Beberapa murid tampak menatap satu sama lain

Geng pembully : Tidak Bu 

Sekar : ada Bu (ucapnya lirih

Asih : (mendekat ke arah Sekar, membuka buku catatan) ouh iya ibu inget, ada tugas hal 35 kan? 

Beberapa murid tampak mengangguk, sebagian menggeleng

Nella :  Udah ngerjain tugas belum (menepuk Lia

Lia : (menyengir lebar) baru tahu malah kalo ada tugas

Nikmah : aku juga belum, santai aja kali

Asih : tugas kalian berempat mana?! 

Vivi : apaan sih Bu, orang gak ada tugas kok

Inna : Iya Bu gak ada, si Sekar aja yang ngada-ngada

Asih : kalian berempat keluar dari kelas ibu. 

Dengan wajah kesal Vivi dkk berjalan keluar dari kelas.

Inna : awas aja Lo! 

Jam pelajaran telah usai, di gantikan dengan waktu istirahat

Jijah : Weh tau gak, tadi malem ada yang ngajak gue jalan 

Mayang : Halah jalan doang mah udah biasa (sambil bercermin

Jijah : percaya deh yang tiap hari jalan Mulu sama ayang. 

Tak lama Jaki dan Febri lewat. 

Novita : Weh, Weh jaki lewat weh (dengan heboh

Devi : sana samperin (sambil mendorong Novita yang sudah berdiri

Novita : jakiiiiiii mau kemana? 

Febri : ke kantin 

Novita : yang di tanya siapa yang jawab siapa (menatap sinis Febri) 

Jaki : kantin, kenapa mau ikut 

Novita : ayokk (girang

Kondisi kelas setelah jam Istirahat

Jesica tampak menoleh kesana kemari, melihat situasi. Kemudian mengacungkan jempol ke arah temannya. 

Siswa di kelas ( Lia, Nikmah, Nela, Fia, Izza dan Arin) 

Inna : heh Cepu gak usah banyak tingkah deh!

Vivi : Gara-gara Lo gua sama yang lain jadi absen nih, dasar! (Menepuk kepala Sekar dengan buku) 

Jesica : Jawab dong, udah mah pinter-pinter aja, gak usah Cepu." 

Aulia mendorong Sekar dari bangkunya. 

Sebagian siswa hanya menonton tanpa berniat membantu, mereka enggan jika harus berurusan dengan geng tersebut

Vivi : Heh Cepu jawab dong! (Sambil memandang Sekar yang menunduk di lantai) 

Izza : (melempar gumpalan kertas) Berisik Lo pada, cari tempat lain sana!

Inna : gak usah ikut-ikutan Cepu Lo! (Ke arah Izza) 

Kemudian mereka berempat keluar kelas. 

Nella : ayok bantuin weeh 

Fia : Sekar kamu gak apa-apa kan? 

Sekar mengangguk kecil, sambil mengelap matanya. 

Kegiatan sekolah telah usai, para siswa tampak berlalu-lalang keluar dari dari sekolah. Di koridor yang sepi tampak dua orang yang sedang mengobrol santai. 

Arin : Za ayolah bantuin Sekar kasian tau jadi bahan bully Mulu

Izza : kenapa gue? (Mengernyit heran

Arin : Ya kamu kan ketua kelas, dan juga kamu sendiri yang bilang kalo menentang adanya pembullyan 

Izza : (menggeleng malas) Gak ada gunanya gue bantuin dia kalo dia sendiri gak ada niatan untuk bangkit dan berubah. Cuma buang-buang waktu 

Arin : Izza! (Kesal

Izza : apa sih Rin. Kalau Lo emang niat bantuin, yaudah tinggal bantuin. 

Gelapnya langit malam, di padukan suara gemuruh hujan membuat suasana tampak mencekam. Bau tanah tampak tercium dengan kuat akibat turunnya hujan. 

Di dalam sebuah kamar kecil, nampak seorang gadis tengah berjongkok di pojokan kamar. 

Sekar : arghhhhhhhh (jerit kencang

Sekar : kenapa?! Kenapa selalu aku tuhan?! (Sambil menahan sesak, ia mulai menggila dengan menghantam tangan ke kepala berkali-kali) 

Lalu perhatian nya jatuh pada cutter yang ada di meja belajar. 

Sekar : (menggeleng cepat) gak, gak boleh. Jangan lakukan hal sia-sia 

Keesokan harinya, sekar kembali ke sekolah seperti biasa. Hari yang penuh penderitaan tampaknya masih belum usai. 

Di ruang kelas yang sepi

Sekar duduk di bangkunya sambil memandang kosong ke arah depan. 

Lia : Sekar! Jangan ngelamun mulu ih (sambil duduk di samping Sekar

Nikmah : secapek itu kar? 

Sekar tetap diam tanpa menanggapi 

Nella : maap karena kita gak punya cukup keberanian buat bantuin Lo." 

Fia mengangguk setuju

Kamar mandi.

Inna mendorong bahu Sekar keras di kamar mandi.

Sekar : Stop-stop aku tidak melakukan kesalahan, kenapa kalian menggangguku

Vivi : Suka aja liat Lo menderita, kenapa? Ada masalah dengan itu?!" (Menarik kerudung Sekar

Jesica : Lo harusnya sadar diri, udah miskin belagu lagi. (Sambil menendang kaki Sekar) 

Aulia : denger gak Lo kita ngomong apa?! 

Sekar : i-iya 

Tiba-tiba saja seseorang menerobos masuk ke kamar mandi

"Ekhem-ekhem" 

Inna : (menatap malas) batuk Lo?!

Izza : gue agak ada urusan sama Lo ya!

Setelah mengucapkan itu Inna dkk pergi meninggalkan kamar mandi

Izza dengan santai membasuh tanganya, kemudian membenarkan kerudung.

Izza : Berdiri, Lo mau duduk terus di situ?

Sekar : (masih dengan duduk menatap izza) aku kira kamu baik, ternyata kalian sama aja

Izza : gue emang bukan orang baik. Tapi sejak kapan gue sama kayak mereka, setidaknya gue punya prinsip untuk gak ngebully dan menolak di bully

Sekar : (bangkit dari duduk) kalo gitu bantuin aku 

Izza : Apa untungnya, Lo gak selalu bisa bergantung sama orang lain coy. Kalau Lo emang gak terima, yaudah lawan, simple kan?!

Sekar : kamu bisa ngomong gitu karena kamu kuat, punya kuasa, sedangkan aku? 

Izza : (tersenyum sinis) kuat atau lemahnya seseorang itu pilihan, gak ada manusia yang terlahir dengan sifat alamiah seperti itu. 

Sekar : (menatap bingung) pilihan? 

Izza : ubah mindset Lo, cara Lo pandang diri Lo sendiri. Kalo Lo aja gak bisa ngandelin diri sendiri, lalu Lo mau bergantung sama siapa, orang lain? 

Sekar terdiam, mendengarkan 

Izza : enggak semua orang yang Lo temuin di kehidupan Lo itu baik, kalo Lo sendiri gak ngehargain diri Lo lantas gimana orang bisa ngehargai diri Lo. 

Izza : Dah good luck

Di depan pintu kamar mandi Izza berpapasan dengan Sifa dan Tamia

Izza : noh bantuin temen Lo 

Sifa : sekarr kamu gak apa-apa kan? (Panik melihat keadaan Sekar

Tamia : ayok kita ke UKS (sambil menuntun Sekar untuk berjalan ke UKS

Sekar pergi beranjak ke ruang BK yang tak jauh dari UKS. Ia hendak menemui Bu Diana. 

Sekar : assalamu'alaikum Bu 

Diana : wa'alaikum salam, masuk. 

Sekar masuk ke dalam ruangan

Diana : Kebetulan ada yang mau ibu omongin sama kamu, terkait nilai. Kenapa akhir-akhir ini nilai kamu turun? 

Sekar : (meremas roknya resah) i-tu Bu sebenernya saya ada konflik sama anak kelas. 

Diana : (menatap serius) siapa? Coba bilang sama ibu 

Sekar menceritakan apa yang terjadi padanya akhir-akhir ini, entah keberanian dari mana, semua hal itu terucapkan secara menyeluruh

Diana : ini gak bisa di biarin, nanti ibu panggil mereka. Tapi ibu gak akan bisa ngasih mereka hukuman kalo gak ada saksi. 

Sekar : (menunduk takut

Diana : ibu bakalan panggil anak-anak itu, kamu cari satu orang yang jadi saksi perbuatan mereka. 

Di tengah rasa bingungnya, tiba-tiba muncul nama Izza di benak Sekar 

Sekar : Izza Bu, ketua kelas Farmasi 2 dia yang bakal jadi saksinya 

Suasana ruang BK 

Diana : ada yang tahu kenapa ibu manggil kalian ke sini? (Sambil menatap semua siswa di ruang BK) 

(Mereka serentak diam) 

Diana : ibu dapet laporan dari Sekar kalau kalian membully dia 

Vivi : ibu percaya sama dia? (Sambil menatap sekar) 

Diana : Sekar apa yang kamu bilang benar kan? 

Izza : kalau ibu gak percaya sama Sekar ibu bisa percaya sama saya selaku saksi. 

Jessica menatap Izza tajam

Diana : sekali lagi ibu tanya, kalian membully Sekar? Jawab yang jujur! 

Aulia : iya Bu 

Diana : atas dasar apa? 

(Mereka semua diam

Diana : saya ingin menekankan ke kalian bahwa tindakan membully tidak hanya merugikan korban, tetapi juga berdampak negatif bagi kalian, hal itu tidak mencerminkan kualitas karakter yang baik. 

Diana : setiap individu memiliki hak untuk di hormati dan merasa aman di lingkungan sekolah. Lantas, kenapa kalian menganggunya. Jadi ibu harap kalian bisa bertanggung jawab terhadap konsekuensi dari tindakan kalian. 

Inna : iya Bu.

Diana : (menatap sekar dan izza) makasih atas keberanian speak up kamu Sekar, ibu bakal berusaha hal ini tidak terulang lagi di sekolah kita. 

Sekar : baik Bu terimakasih juga atas tindakannya. 

Diana : (mengangguk) kalian boleh pergi, untuk masalah hukuman nanti ibu yang urus dan ibu bakal berusaha seadil mungkin. 

Izza dan Sekar pergi meninggalkan ruang BK. Namun keadaan mencekam di dalam ruangan belum juga pudar.  

Diana : ibu harap hal ini tidak terulang kembali, nanti kalian minta maaf secara tulus ke Sekar. Dan untuk hukuman nanti ibu bagi jadi tiga hukuman. 

Vivi : kok banyak banget sih Bu. 

Diana : atau kalian mau saya panggil orang tua kalian?

Aulia dan Jessica menggeleng

Diana : hukuman yang pertama kalian bersihin lingkungan sekolah selama satu Minggu, nanti bakalan di pantau sama ibu sendiri. Yang kedua, Minggu besok sekolah bakalan ngasih donasi buat bencana alam jadi kalian akan ikut sebagai sukarelawan. 

Vivi : Bu! 

Diana : yang terakhir, kalian bakalan bimbingan konseling sama ibu selama tiga bulan. Terkait masalah emosial dan attitude. Mengerti?! 

Serempak : iya Bu. 

Sudah lebih dari 10 menit Sekar mencari-cari Izza namun belum ketemu. Padahal ia ingin mengucapkan sesuatu

Izza : (menepuk bahu Sekar) nyari apaan Lo? 

Sekar : (sedikit terkejut) nyari kamu, aku mau bilang makasih banget. 

Izza : (mengangguk kecil) Lo punya banyak temen tapi kenapa Lo malah milih gue?

Sekar : (terdiam) karena kamu yang ngebuat aku yakin sama diri aku sendiri. 

Izza : ouh 

Sekar : intinya makasih, dadah aku mau pulang. (Sambil melambaikan tangan

Izza balas melambaikan tangan 

Arin : (menepuk bahu Izza dari belakang) Huh, kenapa Lo gak bantuin dia dari dulu aja sih? 

Izza : gua gak bantuin dia, tapi dia minta bantuan ke gua

Arin : Halah apa bedanya? Toh ujungnya tetep bantuin kan? 

Izza : (berdecak pelan) beda dong, kalo gue bantuin dia, belum tentu dia punya kesadaran untuk bangkit, yang ada dia malah semakin bergantung ke orang lain. 

Izza : nah kalo sekarang itu, dia minta bantuan gue karena udah sadar. Jadi kalo hal kayak gini ke ulang lagi dia gak harus nunggu orang lain buat bantuin dia. 

Arin : ouh gituuu

Izza merangkul pundak Arin, kemudian pergi dari tempat.

******

Menerima jasa pembuatan naskah drama, cerpen, dan artikel. Juga merupakan editor naskah wattpad. 

Contact person

E-mail : kya36375@gmail.com

Instagram: elkyeee001





Komentar

Postingan populer dari blog ini

About you (Cerpen)

  Pagi itu, aku tengah duduk santai di dapur menemani ibu yang sedang membuat sarapan, sesekali aku membantu jika di suruh. Setelah kopi yang aku buat kini tinggal separuh gelas aku langsung beranjak ke teras depan, menyapu halaman rumah yang di penuhi dedaunan pohon mangga. Aku memang pecandu kopi, apalagi di tengah kegiatan sekolah, aku juga seorang penulis, ibaratnya kopi adalah setengah dari jiwaku. Begitu selesai menyapu ekor mataku melihat sebuah mobil silver masuk ke pekarangan rumah di samping, rumah yang selalu kosong dan hanya di kunjungi ketika lebaran tiba, tapi anehnya lebaran kemaren rumah itu juga tetap kosong. Dia yang aku tunggu ternyata tidak pulang. "Ragil pulang tuh kak," ucapan Ibu membuatku tertegun. Dia pulang? Rasanya tidak mungkin. Tapi beberapa menit setelahnya ucapanku terpatahkan begitu melihat sosoknya keluar dari mobil, menatapku dengan senyuman manis dan melambaikan tangan. Tubuhku kaku tak sanggup membalas lambaian itu, hanya bisa tersenyum...

Gerbang pondok

Cerpen - pertemuan Altha, Ian, dan Zaynal Gambar : pinterest H ari itu , Pondok pesantren Assalam ramai dengan para santri baru, padahal sudah lewat satu Minggu pemberangkatan para santri, namun masih saja banyak yang berdatangan telat.  Altha duduk santai di ruang keluarga dengan tenang, sibuk bermain game di handphone. Beberapa hari belakangan ia jarang keluar rumah karena malas bertemu dengan santri dari pondok kakeknya. Mereka selalu saja mencari permasalahan. "Altha, sini bantuin umi bentar." Teriak sang ibu dari dapur. Altha menoleh sebentar, lantas lanjut bermain game. "Bentar umi Altha lagi main game." "Altha sana bantuin umi, kasian ituloh lagi buat kue sendirian!" Sahut seseorang dari belakang Altha, menyambar handphone yang di pegang laki-laki itu. Altha menatap tajam Abahnya. "Abah ish, bentar lagi lah Altha lagi main game." Ujar Altha sedikit kesal. "Al, ibu kamu lagi minta bantuan ituloh. Masa kamu enggak mau bantuin, wah...

Cerpen - Istirahat Abah

  Aku merasa menjadi anak yang.... Entahlah sulit menjelaskannya. Bahkan untuk sebuah kabar atas kematian ayahku sendiri, aku tidak di beri tahu. Mereka bilang alasannya aku sedang ujian. Namun apakah tidak bisa begitu aku selesai ujian, mereka langsung mengabariku. Aku mendengar kabar itu dari orang lain, bukan ibuku, bukan juga keluargaku, tetapi dari orang lain. Jika saja hari itu aku tak pergi ke kantor Putri, dan malah memutuskan untuk makan. Entah sampai berapa lama mereka menyembunyikan itu dariku.  Sore itu, selepas mengaji klasikal di aula putra. Aku tidak langsung ke dapur untuk mengambil makan. Melainkan ke kantor Putri, meminjam hp untuk menelepon rumah. Jarak antara Jawa dan Lampung memanglah jauh, aku juga belum pernah pulang sama sekali sejak pertama kali menginjakkan kaki di pesantren ini.  "Abah sama ibu pasti bakalan bangga akhirnya aku lulus, taun besok bisa pulang deh" batinku dengan senang, senyum mengembang terlihat di wajah. Aku melangkah dengan hat...